Selasa, 22 Desember 2015

KARAKTERISTIK SISWA DALAM KELAS



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran, terdapat dua peran yang paling penting, yakni guru dan siswa. Guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, haruslah mempunyai hubungan yang harmonis serta timbal balik yang menguntungkan. Guru juga harus mempunyai komunikasi yang intensif dengan orang tua siswa.
Di dalam sebuah kelas, terdapat banyak siswa dengan  berbagai kepribadian yang berbeda-beda. Sebagai seorang guru yang profesional haruslah dapat memahami karakterisitik dari berbagai macam perilaku siswa tersebut. Karena berbeda perilaku, berbeda pula masalah yang akan ditimbulkan oleh siswa. Guru harus mempunyai keahlian untuk memecahkan masalah yang terdapat dalam siswanya tersebut, tanpa harus menimbulkan masalah yang baru.
Tingkat keberhasilan siswa didukung oleh kemampuan guru dalam penyampaian materi pelajaran. Kreatifitas guru sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, agar dapat dipahami oleh siswa yang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Untuk itu, diperlukan upaya-upaya dari guru untuk mengenali kondisi siswa di kelas, agar tercapainya tujuan pendidikan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja karakteristik siswa di kelas?
2.      Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku siswa?
3.      Bagaimana cara guru mengenali kondisi siswa di kelas?
C.     Tujuan
1.      Agar dapat mengetahui karakteristik siswa di kelas
2.      Agar dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku siswa
3.      Agar dapat mengenali kondisi siswa di kelas

BAB II
ISI

A.      Karakteristik Siswa di Kelas
Setiap siswa mempunyai kemampuan dan pembawaan yang berbeda. Siswa juga berasal dari lingkungan sosial yang tidak sama. Kemampuan, pembawaan, dan lingkungan sosial siswa membentuknya menjadi sebuah karakter tersendiri yang mempunyai pola perilaku tertentu. Pola perilaku yang terbentuk tersebut menentukan aktivitas yang dilakukan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah. Aktivitas-aktivitas diarahkan untuk mencapai cita-cita siswa, tentunya dengan bimbingan guru.
Pola perilaku yang dimiliki masing-masing siswa menyebabkannya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda antara satu dan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan yang ada merupakan hal yang sudah pasti, tidak ada satupun siswa yang mempunyai kesamaan dengan lainnya. Apabila ada satu aspek yang sama maka aspek yang lainnya pasti berbeda. Perbedaan setiap individu merupakan salah satu faktor yang menjadi pendukung untuk mewujudkan kualitas masing-masing individu.
Karakteristik siswa antara lain ditemukan ada siswa yang pandai, siswa kurang pandai, dan siswa yang tidak pandai. Siswa yang pandai akan lebih mudah menerima materi pembelajaran dibandingkan dengan siswa yang kurang pandai dan yang tidak pandai. Belum lagi perbedaan dalam bakat, emosional, dan sosial. Siswa yang berbakat, emosi stabil, dan lingkungan sosial yang baik akan lebih mudah mengikuti proses pembelajaran bila dibandingkan dengan siswa yang tidak berbakat, emosi tidak stabil, dan siswa yang berasal dari lingkungan sosial yang buruk. Perbedaan karakteristik ini menuntut guru untuk bersikap arif menyikapinya.
Begitu banyak ditemukan perbedaan dalam karakteristik siswa, antara lain perbedaan dalam hal biologis, psikologis, intelegensi, dan bakat. Keadaan fisik biologis satu siswa dengan yang lain berbeda sama sekali. Ada siswa yang mempunyai fisik sehat dan lengkap, ada juga siswa yang mempunyai fisik lengkap tetapi tidak sehat. Keadaan psikologis siswa juga beragam, tidak semua siswa siap secara psikologis untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Ada siswa yang datang ke sekolah dengan penuh semangat dan senang gembira, ada siswa yang datang ke sekolah dengan sedih dan susah, ada siswa yang malas, ada juga siswa yang berangkat ke sekolah karena menghindari pekerjaan di rumah, dan sebagainya. Intelegensi yang dimiliki siswa juga berbeda-beda, ada yang mempunyai intelegensi tinggi, intelegensi sedang, dan ada yang mempunyai intelegensi rendah. Perbedaan lain yang memerlukan perhatian dari guru adalah bakat. Guru harus memahami bahwa tidak semua siswa mempunyai bakat dalam semua mata pelajaran.
Karakteristik siswa yang berikutnya adalah karakteristik fisiologis dan karakteristik psikologis. Kedua karakteristik ini memerlukan perhatian khusus dari guru. Siswa dengan kondisi fisiologis kurang sehat akan lebih memerlukan perhatian dari guru dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kekurangan pada kondisi fisiologisnya. Karakteristik psikologis siswa juga berbeda-beda. Minat siswa terhadap suatu pelajaran berbeda-beda, apalagi penyajian materi pelajaran guru yang tidak menarik. Motivasi tidak kalah penting untuk diperhatikan. Guru harus mampu memberikan motivasi yang tepat kepada para siswanya. Motivasi yang tidak tepat hanya akan membuat siswa semakin tidak bersemangat untuk belajar, karena tidak semua siswa mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.
Karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa antara lain: latar  belakang pengetahuan dan taraf pengetahuan, gaya belajar, usia kronologi, tingkat kematangan, spektrum dan ruang lingkup minat, lingkungan sosial ekonomi, hambatan-hambatan lingkungan dan kebudayaan, intelegensia, keselarasan dan attitude, prestasi belajar, motivasi dan lain-lain.

B.       Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Siswa
1.      Masukan Mentah
Masukan  mentah merupakan kondisi seseorang pada situasi awal (sebelum kegiatan  belajar dan pembelajaran berlangsung). Keberhasilan  atau kegagalan belajar sangat tergantung pada masukan mentah ini. Kondisi subjek ini meliputi:
a.         Kondisi Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah apalagi disertai sakit kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas kognitif sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang dipahami.
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan, indera pendengaran dan indera penglihatan, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam  menyerap  informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di  kelas.
b.         Kondisi Psikologis
            Banyak  faktor  yang termasuk kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan  kualitas hasil belajar siswa, diantaranya adalah sebagai berikut:
Ø  Intelegensi Siswa
            Intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan cara yang tepat (Reber, 1988).Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya Karena otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.
            Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa sangat menetukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, Sebaliknya, semakin rendah kemempuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.
            Setiap calon guru dan guru professional sepantasnya menyadari bahwa keluarbiasaan intelegensi siswa, baik yang positif  seperti superior maupun yang negatif seperti borderline, lazimnya menimbulkan kesulitan belajar siswa yang bersangkutan. Di satu sisi siswa yang sangat cerdas akan merasa tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari sekolah karena pelajaran yang disajikan terlampau mudah baginya. Akibatnya, ia menjadi bosan dan frustasi karena tuntutan kebutuhan keingintahuannya (curiosity) merasa dibendung secara tidak adil. Di sisi lain, siswa yang bodoh akan merasa payah mengikuti sajian pelajaran karena terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti yang dialami rekannya yang luar biasa positif.[1]
Ø  Sikap
            Sikap dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap definisi itu berbeda satu sama lain.Trow mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Di sini Trow lebih menekankan pada kesiapan mental atau emosional seseorang terhadap sesuatu objek. Sementara itu Allport seperti dikutip oleh Gable mengemukakan bahwa sikap adalah suatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu.
            Definisi sikap menurut Allport ini menunjukan bahwa sikap itu tidak muncul seketika atau dibawa lahir, tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respons seseorang. Harlen mengemukakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk bertindak dalam menghadapi suatu objek atau situasi tertentu.[2]
Ø  Minat
            Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.
            Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebiih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.
            Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.[3]
Ø  Motivasi
            Motivasi menurut Sumadi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Sementara itu Gates dan kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara tertentu. Adapun Greenberg menyebutkan bahwa motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan prilaku arah suatu tujuan. Dari tiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan).[4]
Ø  Bakat
            Secara umum, bakat (aptitude) adalahkemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber,1988). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk berprestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
            Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seseorang yang berbakat pada bidang Matematika, akan jauh lebiih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut dibanding dengan siswa lainnya. Inilah yang kemudian disebut bakat khusus (specific aptitude) yang konon tidak dapat dipelajari karena merupakan karunia inborn (pembawaan sejak lahir).[5]
Ø  Gaya Kognitif
            Setiap orang memiliki cara-cara sendiri yang disukainya dalam menyusun apa yang dilihat, diingat, dan dipikirkannya. Perbedaan-perbedaan antara pribadi yang menetap dalam cara menyusun dan mengolah informasi serta pengalaman-pengalaman ini dikenal sebagai gaya kognitif. Gaya kognitif merupakan variabel penting yang mempengaruhi pilihan-pilihan dalam bidang akademik, bagaimana siswa belajar, serta bagaimana siswa dan guru berinteraksi dalam kelas.[6]
2.      Masukan Instumental
Masukan instrumental menunjukkan kualifikasi serta sarana yang diperlukan untuk dapat berlangsungnya kegiatan belajar dan pembelajaran. Masukan instrumental meliputi berbagai komponen seperti guru (kemampuan/ kompetensi, kesiapan, sikap, minat, dan sebagainya), kurikulum, metode, evaluasi ( proses dan hasil belajar), sarana prasarana (ruangan, alat  bantu belajar, buku teks, buku penunjang dan sebagainya), dan sebagainya.[7]
3.      Masukan Lingkungan
Masukan lingkungan merupakan masukan yang berasal dari lingkungan sekitar siswa. Yang termasuk dalam masukan lingkungan ini adalah :
a.       Lingkungan Fisik
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan fisik adalah cuaca, keadaan udara, ruangan, cahaya, kesehatan lingkungan, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Mengenai waktu yang disenangi untuk belajar seperti pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J. Biggers (1980) berpendapat bahwa belajar pagi hari lebih efektif daripada belajar pada waktu-waktu lainnya. Namun, menurut penelitian beberapa ahli learning style (gaya belajar), hasil belajar itu tidak tergantung pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa (Dunn, dkk., 1986).
b.      Lingkungan Sosial.
Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa dengan orang lain di sekitarnya, sikap dan perilaku orang di sekitar siswa dan sebagainya. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
Kondisi masyarakat di lingkungan  siswa yang kumuh, anak-anak penganggur dan serba kekurangan akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika  memerlukan teman belajar atau berdiskusi ataupun meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.
c.       Lingkungan Kultural
Yang termasuk lingkungan kultural adalah kebiasaan dan tata cara pergaulan masyarakat di sekitar siswa. Setiap daerah memiliki kebiasaan dan tata cara pergaulan yang berbeda-beda. Hal ini, dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa.
C.     Cara Guru Mengenali Kondisi Siswa Di Kelas
Biasanya pada beberapa hari pertama di kelas, para siswa secara umum berperilaku baik. Tetapi, di awal minggu ke tiga masalah mulai muncul. Umumnya masalah tersebut dapat di hindari tetapi unutuk melakukan hal tersebut dapat di hindari, tetapi untuk melakukan hal tersebut kita harus memahami kenapa masalah tersebut ada  dan apa yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya. Karena masalah tersebut berkembang secara perlahan-lahan, penyebabnya tidak selalu nampak jelas bagi guru atau bahkan bagi seorang pengamat yang tidak mengetahui riwarat ruang kelas tersebut. Masalah-masalah ini dapat di cegah atau di tangani dengan mematuhi empat panduan penting, diantarnya:
1.         Awasi perilaku siswa dan kemajuan akademik dengan cermat.
Untuk mengawasi perilaku ruang kelas secara efektif, kita harus mengetahui apa yang harus di cari. Dua kategoi perilaku berikut ini sangat penting untuk diawasi:
a.    Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
b.    Kepatuhan siswa pada peraturan dan prosedur ruang kelas.
2.          Konsisten dengan penggunaan prosedur, peraturan, dan sanksi
Di ruang kelas, konsistensi berarti mempertahankan ekspestasi yang sama bagi perilaku yang pantas dalam sebuah kegiatan tertentu sepanjang waktu dan bagi seluruh siswa. Sanksi harus diberikan secara konsisten. Jika tidak konsisten dalam menggunakan prosedur atau dalam penerapan sanksi bisa mengakibatkan kebingungan mengenai apa yang di maksud dengan perilaku yang dapat diterima. Jika kita mendapati diri kita tidak konsisten dalam hal-hal yang menyebabkan masalah tersebut, maka pertimbangkan alternative berikut ini :
a.         Ajarkan kembali prosedur itu.
b.        Ubah prosedut atau sanksi dan kemudian perkenalkan kembali serta gunakan.
c.         Tinggalkan prosedur atau sanksi dan kalau dimungkinkan ganti dengan yang lain untuk di terapkan.
3.         Tangani perilaku yang tidak pantas dengan segera
Perilaku yang tidak pantas harus ditangani dengan segera untuk mencegah perilaku tersebut terus berkembang dan menyebar. Perilaku yang harus kita perhatikan meliputi kurangnya keterlibatan dalam kegiatan pembelajaran, tidak perhatian atau menghindari tugas yang berlangsung lama, dan pelanggaran yang jelas atas peraturan ruang kelas. Maka kita harus memperhatikan alternative berikut ini :
a.         Melakukan kontak mata atau bergerak lebih mendekat menuju siswa.
b.        Jika siswa tidak menaati prosedur dengan benar, sebuah pengingat sederhana mengenai prosedur yang benar lebih efektif.
c.         Ketika siswa menjauh dari tugas (tidak mengerjakn tugas )arahkan kembali kepada tugas itu.
d.        Minta atau beritahukan kepada siswa untuk menghentikan prilaku yang tidak pantas. Kemudian awasi hingga ia enghentikannya dan siswa memulai kegiatan yang konstruktif.
4.         Bangun iklim yang positif dengan penekanan pada penguatan perilaku yang pantas.
Bab ini menekankan mempertahankan perilaku yang pantas dengan menerapkan prosedur dan peraturan secara konsisten, menangani masalah dengan segera, dan menggunakan intervnsi non intrusive jika di mungkinkan untuk mempertahankan aliran kegiatan dan keterlibatan siswa dalam mata pelajaran. Guru juga dapat melakukan beberapa hal berikut ini:
a.         Identifikasilah tujuan pembelajaran yang sesuai dan diskusikanlah dengan para siswa sehingga mereka menjadi jelas mengenai apa yang diharapkan
b.        Doronglah para siswa agar menyelesaikan tugas secara memuaskan
c.         Tolak alasan bagi kerja yang buruk
d.        Komunikasikan penerimaan kinerja awal yang tidak sempurna ketika para siswa berusaha mencapai pembelajaran baru
e.         Sampaikan rasa paracaya diri dalam kemampuan siswa untuk bekerja dengan baik
f.         Tampilkan sebuah sikap “bisa lakukan” yang menyemangati, yang menciptakan rasa senang dan rasa percaya diri
g.        Hindari evaluasi yang membandingkan, terutama bagi para siswa yang berprestai rendah, yang mungkin dapat menyebabkan mereka merasa bahwa mereka tidak bisa meraih tujuan[8]







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Begitu banyak ditemukan perbedaan dalam karakteristik siswa, antara lain:
1.      Aspek biologis
2.      Aspek psikologis
3.      Aspek intelegensi
4.      Aspek  bakat
Ada pula faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku siswa, yaitu:
1.      Masukan Mentah
a.       Kondisi Fisiologis
b.      Kondisi Psikologis
2.      Masukan Instumental
3.      Masukan Lingkungan
a.       Lingkungan Fisik
b.      Lingkungan Sosial
c.       Lingkungan Kultural
Cara guru mengenali kondisi siswa di kelas yakni dengan mempertahankan perilaku siswa yang sesuai diantaranya dengan panduan
1.      Awasi perilaku siswa dan kemajuan akademik dengan cermat
2.      Konsisten dengan penggunaan prosedur, peraturan, dan sanksi
3.      Tangani perilaku yang tidak pantas dengan segera
4.      Bangun iklim yang positif dengan penekanan pada penguatan perilaku yang pantas.



[1] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003),hlm.147-148.
[2] Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),hlm.114.

[3] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2003),hlm.57.
[4] Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),hlm.101.
[5] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003),hlm.150.
[6] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2003),hlm.160.
[7] Tanwey Gerson Ratumanan, Belajar dan Pembelajaran, (Surabaya:  Unesa University Press, 2002),hlm.11.
[8] Carolyn M. Evertson dan Edmund T. Emmer, Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar, (Jakarta:Prenada Media Group, 2009) hlm.180-188