BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam proses pembelajaran, terdapat dua peran yang paling penting,
yakni guru dan siswa. Guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,
haruslah mempunyai hubungan yang harmonis serta timbal balik yang menguntungkan.
Guru juga harus mempunyai komunikasi yang intensif dengan orang tua siswa.
Di dalam sebuah kelas, terdapat banyak siswa dengan berbagai kepribadian yang berbeda-beda.
Sebagai seorang guru yang profesional haruslah dapat memahami karakterisitik
dari berbagai macam perilaku siswa tersebut. Karena berbeda perilaku, berbeda
pula masalah yang akan ditimbulkan oleh siswa. Guru harus mempunyai keahlian
untuk memecahkan masalah yang terdapat dalam siswanya tersebut, tanpa harus
menimbulkan masalah yang baru.
Tingkat keberhasilan siswa didukung oleh kemampuan guru dalam
penyampaian materi pelajaran. Kreatifitas guru sangat dibutuhkan dalam proses
pembelajaran, agar dapat dipahami oleh siswa yang mempunyai gaya belajar yang
berbeda-beda. Untuk itu, diperlukan upaya-upaya dari guru untuk mengenali
kondisi siswa di kelas, agar tercapainya tujuan pendidikan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
saja karakteristik siswa di kelas?
2.
Apa
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku siswa?
3.
Bagaimana
cara guru mengenali kondisi siswa di kelas?
C.
Tujuan
1.
Agar
dapat mengetahui karakteristik siswa di kelas
2.
Agar
dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku siswa
3.
Agar
dapat mengenali kondisi siswa di kelas
BAB
II
ISI
A.
Karakteristik
Siswa
di Kelas
Setiap siswa mempunyai kemampuan dan
pembawaan yang berbeda. Siswa juga berasal dari lingkungan sosial yang tidak
sama. Kemampuan, pembawaan, dan lingkungan sosial siswa membentuknya menjadi
sebuah karakter tersendiri yang mempunyai pola perilaku tertentu. Pola perilaku
yang terbentuk tersebut menentukan aktivitas yang dilakukan siswa baik di
sekolah maupun di luar sekolah. Aktivitas-aktivitas diarahkan untuk mencapai
cita-cita siswa, tentunya dengan bimbingan guru.
Pola perilaku yang dimiliki
masing-masing siswa menyebabkannya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda
antara satu dan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan yang ada merupakan hal yang
sudah pasti, tidak ada satupun siswa yang mempunyai kesamaan dengan lainnya.
Apabila ada satu aspek yang sama maka aspek yang lainnya pasti berbeda.
Perbedaan setiap individu merupakan salah satu faktor yang menjadi pendukung
untuk mewujudkan kualitas masing-masing individu.
Karakteristik siswa antara lain
ditemukan ada siswa yang pandai, siswa kurang pandai, dan siswa yang tidak
pandai. Siswa yang pandai akan lebih mudah menerima materi pembelajaran
dibandingkan dengan siswa yang kurang pandai dan yang tidak pandai. Belum lagi
perbedaan dalam bakat, emosional, dan sosial. Siswa yang berbakat, emosi
stabil, dan lingkungan sosial yang baik akan lebih mudah mengikuti proses
pembelajaran bila dibandingkan dengan siswa yang tidak berbakat, emosi tidak
stabil, dan siswa yang berasal dari lingkungan sosial yang buruk. Perbedaan
karakteristik ini menuntut guru untuk bersikap arif menyikapinya.
Begitu banyak ditemukan perbedaan
dalam karakteristik siswa, antara lain perbedaan dalam hal biologis,
psikologis, intelegensi, dan bakat. Keadaan fisik biologis satu siswa dengan
yang lain berbeda sama sekali. Ada siswa yang mempunyai fisik sehat dan lengkap,
ada juga siswa yang mempunyai fisik lengkap tetapi tidak sehat. Keadaan
psikologis siswa juga beragam, tidak semua siswa siap secara psikologis untuk
mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Ada siswa yang datang ke
sekolah dengan penuh semangat dan senang gembira, ada siswa yang datang ke
sekolah dengan sedih dan susah, ada siswa yang malas, ada juga siswa yang
berangkat ke sekolah karena menghindari pekerjaan di rumah, dan sebagainya.
Intelegensi yang dimiliki siswa juga berbeda-beda, ada yang mempunyai
intelegensi tinggi, intelegensi sedang, dan ada yang mempunyai intelegensi
rendah. Perbedaan lain yang memerlukan perhatian dari guru adalah bakat. Guru
harus memahami bahwa tidak semua siswa mempunyai bakat dalam semua mata
pelajaran.
Karakteristik siswa yang berikutnya
adalah karakteristik fisiologis dan karakteristik psikologis. Kedua
karakteristik ini memerlukan perhatian khusus dari guru. Siswa dengan kondisi
fisiologis kurang sehat akan lebih memerlukan perhatian dari guru dibandingkan
dengan siswa yang mempunyai kekurangan pada kondisi fisiologisnya.
Karakteristik psikologis siswa juga berbeda-beda. Minat siswa terhadap suatu
pelajaran berbeda-beda, apalagi penyajian materi pelajaran guru yang tidak
menarik. Motivasi tidak kalah penting untuk diperhatikan. Guru harus mampu
memberikan motivasi yang tepat kepada para siswanya. Motivasi yang tidak tepat
hanya akan membuat siswa semakin tidak bersemangat untuk belajar, karena tidak
semua siswa mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.
Karakteristik siswa yang dapat
mempengaruhi kegiatan belajar siswa antara lain: latar belakang
pengetahuan dan taraf pengetahuan, gaya belajar, usia kronologi, tingkat
kematangan, spektrum dan ruang lingkup minat, lingkungan sosial ekonomi,
hambatan-hambatan lingkungan dan kebudayaan, intelegensia, keselarasan dan
attitude, prestasi belajar, motivasi dan lain-lain.
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Siswa
1. Masukan Mentah
Masukan mentah merupakan kondisi seseorang pada situasi awal (sebelum
kegiatan belajar dan pembelajaran berlangsung). Keberhasilan atau
kegagalan belajar sangat tergantung pada masukan mentah ini. Kondisi
subjek ini meliputi:
a.
Kondisi Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah apalagi disertai sakit
kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas kognitif sehingga materi yang
dipelajarinya pun kurang dipahami.
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan, indera
pendengaran dan indera penglihatan, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap
informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.
b.
Kondisi Psikologis
Banyak faktor yang termasuk kondisi psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil belajar siswa, diantaranya
adalah sebagai berikut:
Ø Intelegensi
Siswa
Intelegensi dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
cara yang tepat (Reber, 1988).Jadi,
intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga
kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa
peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada
peran organ-organ tubuh lainnya Karena otak merupakan “menara pengontrol”
hampir seluruh aktivitas manusia.
Tingkat kecerdasan atau
intelegensi (IQ) siswa sangat menetukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini
bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar
peluangnya untuk meraih sukses, Sebaliknya, semakin rendah kemempuan
intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.
Setiap calon guru dan guru
professional sepantasnya menyadari bahwa keluarbiasaan intelegensi siswa, baik
yang positif seperti superior maupun yang negatif seperti borderline, lazimnya menimbulkan kesulitan belajar siswa yang
bersangkutan. Di satu sisi siswa yang sangat cerdas akan merasa tidak
mendapatkan perhatian yang memadai dari sekolah karena pelajaran yang disajikan
terlampau mudah baginya. Akibatnya, ia menjadi bosan dan frustasi karena
tuntutan kebutuhan keingintahuannya (curiosity) merasa dibendung secara tidak
adil. Di sisi lain, siswa yang bodoh akan merasa payah mengikuti sajian
pelajaran karena terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan,
dan akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti yang dialami rekannya yang luar
biasa positif.[1]
Ø Sikap
Sikap dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap definisi itu
berbeda satu sama lain.Trow mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental
atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Di sini
Trow lebih menekankan pada kesiapan mental atau emosional seseorang terhadap
sesuatu objek. Sementara itu Allport seperti dikutip oleh Gable mengemukakan
bahwa sikap adalah suatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman
dan memberikan pengaruh langsung kepada respons individu terhadap semua objek
atau situasi yang berhubungan dengan objek itu.
Definisi sikap menurut
Allport ini menunjukan bahwa sikap itu tidak muncul seketika atau dibawa lahir,
tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta memberikan pengaruh
langsung kepada respons seseorang. Harlen mengemukakan bahwa sikap merupakan
kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk bertindak dalam menghadapi suatu
objek atau situasi tertentu.[2]
Ø Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus
yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena
perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu
diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan
senang dan dari situ diperoleh kepuasan.
Minat besar pengaruhnya
terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan
minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada
daya tarik baginya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebiih mudah
dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.
Jika terdapat siswa yang
kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar ia mempunyai minat
yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi
kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan
bahan pelajaran yang dipelajari itu.[3]
Ø Motivasi
Motivasi menurut Sumadi
Suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Sementara itu
Gates dan kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi
fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur
tindakannya dengan cara tertentu. Adapun Greenberg menyebutkan bahwa motivasi
adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan prilaku arah suatu
tujuan. Dari tiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan).[4]
Ø Bakat
Secara umum, bakat
(aptitude) adalahkemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber,1988). Dengan
demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi
untuk berprestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas
masing-masing.
Dalam perkembangan
selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk
melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan
latihan. Seseorang yang berbakat pada bidang Matematika, akan jauh lebiih mudah
menyerap informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang berhubungan dengan
bidang tersebut dibanding dengan siswa lainnya. Inilah yang kemudian disebut
bakat khusus (specific aptitude) yang konon tidak dapat dipelajari karena
merupakan karunia inborn (pembawaan sejak lahir).[5]
Ø Gaya Kognitif
Setiap orang memiliki
cara-cara sendiri yang disukainya dalam menyusun apa yang dilihat, diingat, dan
dipikirkannya. Perbedaan-perbedaan antara pribadi yang menetap dalam cara
menyusun dan mengolah informasi serta pengalaman-pengalaman ini dikenal sebagai
gaya kognitif. Gaya kognitif merupakan variabel penting yang mempengaruhi
pilihan-pilihan dalam bidang akademik, bagaimana siswa belajar, serta bagaimana
siswa dan guru berinteraksi dalam kelas.[6]
2.
Masukan Instumental
Masukan instrumental menunjukkan kualifikasi serta sarana yang diperlukan
untuk dapat berlangsungnya kegiatan belajar dan pembelajaran. Masukan
instrumental meliputi berbagai komponen seperti guru (kemampuan/ kompetensi,
kesiapan, sikap, minat, dan sebagainya), kurikulum, metode, evaluasi ( proses
dan hasil belajar), sarana prasarana (ruangan, alat bantu belajar, buku
teks, buku penunjang dan sebagainya), dan sebagainya.[7]
3.
Masukan Lingkungan
Masukan lingkungan merupakan masukan yang berasal dari lingkungan sekitar
siswa. Yang termasuk dalam masukan lingkungan ini adalah :
a.
Lingkungan Fisik
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan fisik adalah cuaca, keadaan udara,
ruangan, cahaya, kesehatan lingkungan, dan waktu belajar yang digunakan siswa.
Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar
siswa.
Mengenai waktu yang disenangi untuk belajar seperti pagi atau sore hari,
seorang ahli bernama J. Biggers (1980) berpendapat bahwa belajar pagi hari
lebih efektif daripada belajar pada waktu-waktu lainnya. Namun, menurut
penelitian beberapa ahli learning style (gaya belajar), hasil belajar itu tidak
tergantung pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu yang
cocok dengan kesiapsiagaan siswa (Dunn, dkk., 1986).
b.
Lingkungan Sosial.
Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa dengan orang lain di
sekitarnya, sikap dan perilaku orang di sekitar siswa dan sebagainya.
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang
tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan
keluarga, ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk
terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
Kondisi masyarakat di lingkungan siswa yang kumuh, anak-anak penganggur
dan serba kekurangan akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling
tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman
belajar atau berdiskusi ataupun meminjam alat-alat belajar tertentu yang
kebetulan belum dimilikinya.
c.
Lingkungan Kultural
Yang termasuk lingkungan kultural adalah kebiasaan dan tata cara pergaulan
masyarakat di sekitar siswa. Setiap daerah memiliki kebiasaan dan tata cara
pergaulan yang berbeda-beda. Hal ini, dapat mempengaruhi kegiatan belajar
siswa.
C. Cara Guru Mengenali Kondisi Siswa Di Kelas
Biasanya pada beberapa hari pertama
di kelas, para siswa secara umum berperilaku baik. Tetapi, di awal minggu ke
tiga masalah mulai muncul. Umumnya masalah tersebut dapat di hindari tetapi
unutuk melakukan hal tersebut dapat di hindari, tetapi untuk melakukan hal
tersebut kita harus memahami kenapa masalah tersebut ada dan apa yang bisa kita lakukan untuk
mencegahnya. Karena masalah tersebut berkembang secara perlahan-lahan,
penyebabnya tidak selalu nampak jelas bagi guru atau bahkan bagi seorang
pengamat yang tidak mengetahui riwarat ruang kelas tersebut. Masalah-masalah
ini dapat di cegah atau di tangani dengan mematuhi empat panduan penting, diantarnya:
1.
Awasi
perilaku siswa dan kemajuan akademik dengan cermat.
Untuk
mengawasi perilaku ruang kelas secara efektif, kita harus mengetahui apa yang
harus di cari. Dua kategoi perilaku berikut ini sangat penting untuk diawasi:
a.
Keterlibatan
siswa dalam kegiatan pembelajaran.
b.
Kepatuhan
siswa pada peraturan dan prosedur ruang kelas.
2.
Konsisten dengan penggunaan prosedur,
peraturan, dan sanksi
Di ruang kelas, konsistensi berarti mempertahankan ekspestasi yang
sama bagi perilaku yang pantas dalam sebuah kegiatan tertentu sepanjang waktu
dan bagi seluruh siswa. Sanksi harus diberikan secara konsisten. Jika tidak
konsisten dalam menggunakan prosedur atau dalam penerapan sanksi bisa
mengakibatkan kebingungan mengenai apa yang di maksud dengan perilaku yang
dapat diterima. Jika kita mendapati diri kita tidak konsisten dalam hal-hal
yang menyebabkan masalah tersebut, maka pertimbangkan alternative berikut ini :
a.
Ajarkan
kembali prosedur itu.
b.
Ubah
prosedut atau sanksi dan kemudian perkenalkan kembali serta gunakan.
c.
Tinggalkan
prosedur atau sanksi dan kalau dimungkinkan ganti dengan yang lain untuk di
terapkan.
3.
Tangani
perilaku yang tidak pantas dengan segera
Perilaku yang tidak pantas harus ditangani dengan segera untuk
mencegah perilaku tersebut terus berkembang dan menyebar. Perilaku yang harus
kita perhatikan meliputi kurangnya keterlibatan dalam kegiatan pembelajaran,
tidak perhatian atau menghindari tugas yang berlangsung lama, dan pelanggaran
yang jelas atas peraturan ruang kelas. Maka kita harus memperhatikan alternative
berikut ini :
a.
Melakukan
kontak mata atau bergerak lebih mendekat menuju siswa.
b.
Jika
siswa tidak menaati prosedur dengan benar, sebuah pengingat sederhana mengenai
prosedur yang benar lebih efektif.
c.
Ketika
siswa menjauh dari tugas (tidak mengerjakn tugas )arahkan kembali kepada tugas
itu.
d.
Minta
atau beritahukan kepada siswa untuk menghentikan prilaku yang tidak pantas.
Kemudian awasi hingga ia enghentikannya dan siswa memulai kegiatan yang
konstruktif.
4.
Bangun
iklim yang positif dengan penekanan pada penguatan perilaku yang pantas.
Bab ini menekankan mempertahankan perilaku yang pantas dengan
menerapkan prosedur dan peraturan secara konsisten, menangani masalah dengan
segera, dan menggunakan intervnsi non intrusive jika di mungkinkan untuk
mempertahankan aliran kegiatan dan keterlibatan siswa dalam mata pelajaran. Guru juga dapat melakukan beberapa hal
berikut ini:
a.
Identifikasilah tujuan pembelajaran yang
sesuai dan diskusikanlah dengan para siswa sehingga mereka menjadi jelas
mengenai apa yang diharapkan
b.
Doronglah para siswa agar menyelesaikan tugas
secara memuaskan
c.
Tolak alasan bagi kerja yang buruk
d.
Komunikasikan penerimaan kinerja awal yang
tidak sempurna ketika para siswa berusaha mencapai pembelajaran baru
e.
Sampaikan rasa paracaya diri dalam kemampuan
siswa untuk bekerja dengan baik
f.
Tampilkan sebuah sikap “bisa lakukan” yang
menyemangati, yang menciptakan rasa senang dan rasa percaya diri
g.
Hindari evaluasi yang membandingkan, terutama
bagi para siswa yang berprestai rendah, yang mungkin dapat menyebabkan mereka
merasa bahwa mereka tidak bisa meraih tujuan[8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Begitu banyak ditemukan perbedaan
dalam karakteristik siswa, antara lain:
1.
Aspek biologis
2.
Aspek psikologis
3.
Aspek intelegensi
4.
Aspek bakat
Ada pula faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku siswa, yaitu:
1.
Masukan Mentah
a.
Kondisi Fisiologis
b.
Kondisi Psikologis
2.
Masukan Instumental
3.
Masukan Lingkungan
a.
Lingkungan Fisik
b.
Lingkungan Sosial
c.
Lingkungan Kultural
Cara guru mengenali kondisi siswa di kelas yakni dengan mempertahankan perilaku siswa yang sesuai diantaranya dengan
panduan
1.
Awasi
perilaku siswa dan kemajuan akademik dengan cermat
2.
Konsisten
dengan penggunaan prosedur, peraturan, dan sanksi
3.
Tangani
perilaku yang tidak pantas dengan segera
4.
Bangun
iklim yang positif dengan penekanan pada penguatan perilaku yang pantas.
[3] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:
PT RINEKA CIPTA, 2003),hlm.57.
[4] Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008),hlm.101.
[5] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2003),hlm.150.
[6] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2003),hlm.160.
[7] Tanwey Gerson Ratumanan, Belajar dan Pembelajaran, (Surabaya:
Unesa University Press, 2002),hlm.11.
[8] Carolyn M. Evertson dan Edmund T. Emmer, Manajemen
Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar, (Jakarta:Prenada Media Group, 2009)
hlm.180-188