Kamis, 29 Oktober 2015

My Father



By: Laily El-Amien
My Story

Hari ini adalah kali pertama aku mengajar
Mereka menikmati permainan dg gembira
Tapi setelah 30 menit itu berlalu mereka sudah mulai bosan
Sebagian kecil diantara mereka lari ke luar kelas
Aku pun sudah merasa kurang nyaman dg suasana ini
Aku titipkan kelas ku kepada salah seorang guru
Dan aku putuskan untuk mencari muridku yg lari entah kemana
Di tengah perjalanan aku melihat laki-laki berusia sekitar 50-an
Memakai seragam batik dan bersepatu
tapi wajah beliau agak  pucat, sepertinya beliau sedang kurang enak badan
dan kamu tau itu siapa?
Dia adalah ayahku
Akupun berlali menghampirinya
Ku lihat senyum yang indaah di wajahnya
Ku cium tangannya dan kupeluk dirinya
Aku rindu kepadanya
Sudah bertahun-tahun aku tidak bertemu dengannya
Hingga aku tak bisa menahan air mata yg keluar dari kedua mataku.
Seperti air sungai yg begitu deras hingga menjebolkan bendungan yg dibuat oleh para petani untuk mengairi sawahnya
Tapi tiba-tiba dadaku mulai sesak dan aku sulit untuk bernafas
Akupun terbangun dari tidurku
Ternyata itu semua hanya mimpi
Tapi air mata ini tetap mengalir begitu derasnya
Hingga aku tak kuasa untuk menahannya.
                                                                                                                                               
Surabaya, 22 Oktober 2015



MODEL PEMBELAJARAN IPS MI



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Belajar merupakan usaha sadar seseorang untuk menambah ilmu pengetahuannya. Selama ini belajar hanya diartikan saat seseorang berada pada bangku pendidikan. Dimana siswa duduk dengan tenang dan guru yang menerangkan materi di depan kelas.

Proses belajar seperti ini, merupakan komunikasi satu arah yang cenderung membuat siswa akan pasif dan mematikan daya berfikir anak yang imajinatif serta kreatif. Untuk membangkitkan semangat belajar anak, disinilah peran penting seorang guru sebagai sumber belajar, namun tidak hanya sebagai sumber belajar tapi sebagai fasilitator dan motivator bagi peserta didik.

Untuk mewujudkan itu semua, diperlukanlah model-model pembelajaran yang efektif dan kreatif, sehingga mampu membangkitkan minat serta rasa ingin tahu siswa dalam belajar, khususnya dalam pembelajaran IPS.

     Dari sinilah penggunaan model pembelajaran sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Karena model mengajar merupakan sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku peserta didik seperti yang diharapkan.







B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari model pembelajaran?
2.      Apa saja model-model pembelajaran IPS MI?
3.      Apa saja kriteria model pembelajaran IPS MI?


C.      Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah Model - Model Pembelajaran IPS yaitu,
1.      Memahami pengertian dari model pembelajaran
2.      Mampu menjelaskan model-model pembelajaran IPS MI
3.      Mampu menjelaskan kriteria model pembelajaran IPS MI





















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Model Pembelajaran
Istilah model memiliki berbagai pengertian, pengertian menurut beberapa ahli diantaranya:
a.       Menurut Adi dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran,  model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
b.      Menurut Mulyani dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran (Learning Teaching Strategy)Model Mengajar merupakan suatu pola atau rencana yang dipakai guru dalam mengorganisasikan materi pembelajaran, maupun kegiatan siswa dan dapat dijadikan petunjuk bagaimana guru mengajar didepan kelas (seperti alur yang diikutinya). Penggunaan model pembelajaran tertentu akan menghasilkan pencapaian tujuan- tujuan yang telah diprogramkan maupun  yang semula tidak diprogramkan.
c.       Menurut Samatowa dalam bukunya yang berjudul Bagaimana Membelajarkan IPA di SD, model pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus- kursus, desain  unit- unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku- buku pelajaran, buku- buku kerja program multimedia, dan bantuan melalui program komputer.
d.      Menurut Paul D. Eggen, disebutkan bahwa the moddel described as being potentially large in scope, capable of organizing several lessons or a unit of study. Artinya, model dijabarkan menjadi potensi yang tidak terbatas lingkupnya, yang mana ia mampu mengorganisasikan beberapa pelajaran atau satuan pembelajaran.
e.       Arends menyatakan the tern teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals , syntax , environment, system. Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajarab tertentu termasuk tujuan, sintaks, lingkungn, dan sistem pengelolaannya.
Definisi diatas mengatakan bahwa model pembelajaran merupakan:
a.       Sebagai filosofi yang mendasar sebagai  landasan teori dan rincian tahapan dari teknik pembelajaran.
b.      Sebuah filosofi yang mendikte pendekatan- pendekatan dan metode- metode dan biasanya disajikan dalam satju paket.
c.       Sebuah penjelasan dari gaya mengajar dan ditunjukkan oleh praktik pengajaran, yang mana menjelaskan bagaimana siswa- siswa tersebut dibelajarkan.[1]
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, bahwa sesuatu dapat dijadikan model pembelajaran, jika mengandung unsur-unsur penting, diantaranya:
a.       Memiliki nama
b.      Merupakan landasan filosofis pelaksanaan pembelajaran
c.       Melandaskan pada teori belajar dan teori pembelajaran
d.      Mrmpunyai tujuan/ maksud tertentu
e.       Mrmiliki polah langkah kegiatan  belajar mengajar (sintaks) yang jelas
f.       Mengandung komponen- komponen, seperti guru, siswa, interaksi guru dan siswa, dan alat untuk menyampaikan model.[2]
Model pembelajaran IPS mempunyai 4 ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur pembelajaran pada umumnya. Keempat cirri tersebut adalah :
a.       Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya
b.      Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai)
c.       Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil
d.      Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
Berdasarkan ciri-ciri di atas, model-model pembelajaran terbentuk melalui kombinasi dari berbagai komponen yang meliputi:
a.       Fokus
Fokus merupakan aspek sentral sebuah model. Fokus dari sebuah sistem merujuk pada kerangka acuan yang mendasari pengembangan sebuah model. Tujuan-tujuan pengajaran dan aspek-aspek lingkungan pada dasarnya membentuk fokus dari model. Tujuan apa yang hendak dicapai merupakan bagian dari model pada umumnya.
b.      Sintaks
Sintaks atau tahapan dari model mengandung uraian tentang model dalam tindakan. Sebagai contoh misalnya adalah kegiatan-kegiatan yang disusun berdasarkan tahapan-tahapan yang jelas dari keseluruhan program yang melambangkan lingkungan pendidikan dari setiap model. Ini merupakan susunan dari keseluruhan program mengajar.
c.       Sistem sosial
Mengajar pada dasarnya adalah menggambarkan hubungan antara guru dengan peserta didik dalam satu system. Oleh sebab itu elemen ketiga dari model mengajar mengarah pada dua bagian yaitu peranan guru dan peserta didik, khususnya hubungan hirarkis atau hubungan kewenangan, serta norma-norma atau perilaku peserta didik yang dianggap baik. Dengan demikian maka system social merupakan bagian penting dari setiap model. Mempelajari sesuatu ditentukan oleh jenis hubungan yang tersusun selama proses mengajar
d.      Sistem pendukung
Aspek yang terpenting dan utama dari suatu model adalah elemen pendukung yang tujuannya adalah memberikan kemudahan kepada guru dan peserta didik bagi berhasilnya dengan baik penerapan strategi mengajar.
Dengan demikian model mengajar adalah sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku peserta didik seperti yang diharapkan. Model akan mengarahkan guru untuk mendesain pembelajaran dalam membantu peserta didik mencapai berbagai tujuan.[3]

B.     Model – Model Pembelajaran IPS
Model pembelajaran IPS memiliki karakteristik tersendiri yakni menekankan hubungan individu dengan orang lain atau masyarakat, sehingga model dalam kategori ini lebih terfokus pada peningkatan kemampuan pendekatan individu dalam berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses demokratis, bekerja sama secara produktif . Model-model pembelajaran yang dimasukkan dalam kategori model pembelajarn IPS adalah :
a.       Model Pencapaian Konsep
Model inidikembangkan oleh Jerome S Bruner, Jacqueline Goodrow dan George Austin (1967) berdasarkan hasil studynya mengenai berfikir manusia. Model ini di dasarkan pada penekanan bahwa lingkungan penuh dengan hal-hal yang berbeda dan mustahil dapat menyesuaikan diri dengannya jika manusia tidak dilengkapi dengan kemampuan untuk membedakan dan mengelompokkkan segala sesuatu itu kedalam kelompok-kelompok.
Dengan metode yang sesuai dengan perkembangan intelektual anak, kepadanya dapat di ajarkan konsep-konsep seperti “ set theory “ atau teori set dalam matematika, “ fungsi”, prinsip bahwa keseluruhan tetap kuantitasnya walaupun dibagi dalam beberapa bagian dan bahwa bagian-bagian dapat dikumpulkan kembali menjadi keseluruhan. [4]
Sebagai contoh : konsep “ Gunung” dalam Geografi, Konsep “Perubahan” dalam sejarah, konsep”uang” Ekonomi dan lain sebagainya.
b.      Model Berpikir Induktif atau Inductive Thinking
Model ini dikembangkan oleh Hilda Taba (1966) dengan tujuan untuk mendorong para pelajar menemukan dan menorganisasikan informasi, menciptakan nama suatu konsep, dan menjajaki berbagai cara yang dapat menjadikan para peserta didik lebih terampil dalam bersikap dan mengorganisasikan informasi,dalam melakukan hipotesis yang melukiskan hubungan antar berbagai data.[5]
c.       Model Penelitian atau Inquiry Training
Model inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang memfokuskan kepada pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir reflektif kritis, dan kreatif. Inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang dipandang modern yang dapat dipergunakan pada berbagai jenjang pendidikan, mulai tingkat pendidikan dasar hingga menengah. Pelaksanaan inkuiri di dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial dirasionalisasi pada pandangan dasar bahwa dalam model pembelajaran tersebut, siswa didorong untuk mencari dan mendapatkan informasi melalui kegiatan belajar mandiri. Model inkuiri pada hakekatnya merupakan penerapan metode ilmiah khususnya di lapangan Sains, namun dapat dilakukan terhadap berbagai pemecahan problem sosial. Savage Amstrong mengemukakan bahwa model tersebut secara luas dapat digunakan dalam proses pembelajaran Social Studies (Savage and Amstrong, 1996). Pengembangan strategi pembelajaran dengan model inkuiri dipandang sanagt sesuai dengan karakteristik materil pendidikan Pengetahuan Sosial yang bertujuan mengembangkan tanggungjawab individu dan kemampuan berpartisipasi aktif baik sebagai anggota masyarakat dan warganegara. [6]
d.      Model Memorisasi atau Memorization
Model ini dikembangkan Pressley dan Levin (1981). Memorisasi adalah teknik yang digunakan untuk menghafalkan dan mengasimilasikan sesuatu informasi, guru dapat menggunakan model ini untuk membimbing penyampaian materi yang bertujuan agar para pelajar dapat dengan mudah menagkap informasi baru.
e.       Model Investigasi Kelompok atau Group Investigation
Model ini dikembangkan oleh Herbert A Thelen (1960) yang bertolak dari pandangan  Jhn Dewey (1917) bahwa keseluruhan sekolah merupakan miniatur demokrasi yang di dalamnya peserta didik berpartisipasi dalam pengembangan sistem sosial. Melalui partisiapsi itu secara bertahap psreta didik diharapkan belajar bagaimana menerapkan metodi ilmiyah untuk kesempurnaan masyarakat manusia.
f.       Model Bermain Peran atau Role Playing
Penerapan pengajaran berdasarkan pengalaman lainnya ialah bermain peran. Pada umumnya siswa yang menpunyai usia 9 atau yang lebih tua, menyenagi penggunaan strategi ini karena berkenaan dengan isu- isu sosial dan kesempatan komunikasi interpersonal didalam kelas. Di dalam bermain, peran guru menerima peran noninterpersonal di dalam kelas.  Siswa menerima karakter, perasaan, dan ide- ide orang lain dalam suatu situasi yang khusus.
Ada beberapa keuntungan penggunaan pendekatan instruksional ini di dalam kelas, yaitu pada waktu dilaksanakannya bermain peran, siswa dapat bertindak dan mengekspresikan perasaan dan pendapat tanpa kekhawatiran mendapat sanksi. Mereka dapat pula mengurangi dan mendiskusikan isu- isu yang bersifat manusiawi dan pribadi tanpa ada kecemasan. Bermain peran kemungkinan para siswa mengidentifikasi situasi- situasi dunia nyata dan dengan ide- ide orang lain. Identifikasi tersebut mungkin cara untuk mengubah perilaku dan sikap sebagaimana siswa menerima karakter orang lain. Dengan cara ini, anak- anak dilengkapi dengan cara yang aman untuk meneliti dan mempertunjukkan masalah- masalah diantara kelompok/ individu- individu.[7]
g.      Model Penelaahan Yurisprudensi
Model ini dikembangkan oleh Pressley dan Levin (1981). Model ini merupakan model yang melibatkan intelektual yang relatif lebih rumi. Dasar dari model ini adalah proses kesepakatan sosial atau “ Social Negotation”. Model ini menuntut para psreta didik untuk menguji dirinya sendiri, perilaku kelompok, dan proses sosial yang lebih besar.
h.      Model Inkuiri Sosial
Model ini dikembangkan oleh Byron Massialas dan Cox (1966), atas dasar kerangak konseptual yang sama dengan penelitian ilmiyah yang diterapkan dalam bidang ilmu-ilmu alamiyah dan model penelitian sosial dalam bidang ilmu-ilmu sosial. Model yang lebih spesifik dikembangkan dengan menggunakan metode-metode keilmuan antropologi, sejarah,geografi, psikologo sosial,dan sosiologi. Model ini telah dimanfaatkan pada tingkat sekolah dan perguruan tinggi.[8]

C.    Kriteria Model Pembelajaran IPS

Karakteristik peserta didik MI dalam pembelajaran IPS didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik bukan hanya menjadi sasaran yang harus menerima materi IPS yang diajarkan, melainkan mereka harus diperlakukan sebagai subjek yang menjalani proses belajar IPS secara aktif. Oleh karena itu, hal-hal yang berkenaan dengan hakekat dirinya harus diperhatikan secara sungguh-sungguh. Diantaranya :
a.       Kondisi dan perkembangan mentalnya harus menjadi acuan dalam menentukan model penyajian yang paling serasi
b.      Kesadaran mentalnya, seperti minat, dorongan mengetahui kenyataannya, dan dorongan menemukan sendiri gejala-gejala kehidupan harus ditumbuh kembangkan dengan model pembelajaran yang menarik dan bermakna
c.       Potensi yang dimilikinya, seperti sikap mentalnya, daya rasional dan emosional, serta ketrampilan yang akan dikembangkan melalui pembelajaran IPS dibina ke arah kematangan dan kedewasaan.
Unsur Model dan Strategi Pembelajaran yang Efektif Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Kurikulum dan Pembelajaran, mengemukakan unsur – unsur pembelajaran yang efektif sebagai berikut :
a.       Unsur dinamis pembelajaran pada diri guru
a)      Motivasi pembelajaran peserta didik
b)      Kondisi guru siap membelajarkan peserta didik
b.      Unsur pembelajaran kongruen dengan unsur belajar
a)      Motivasi belajar menuntut sikap tanggap dari pihak guru serta kemampuan untuk mendorong motivasi dengan berbagai upaya pembelajaran.
b)      Sumber yang digunakan sebagai bahan belajar terdapat pada buku pelajaran, pribadi guru, dan sumber masyarakat.
c)      Pengadaan alat-alat Bantu belajar dilakukan oleh guru, peserta didik sendiri, dan bantuan orangtua.
d)     Menjamin dan membina suasana belajar yang efektif
e)      Subjek belajar yang berada dalam kondisi kurang mantap perlu diberikan binaan.[9]
Selain uraian diatas, terdapat beberapa kriteria model pembelajaran IPS di MI yang di dasarkan pada tujuan pembelajaran IPS pada jenjang MI dan karakteristik peserta didik MI sebagaimana yang ditulis pada makalah Managing Basic Educational (2006); Departemen Pendidikan Nasional (2003). Adapun kriteria yang dimaksud adalah:
a.       Model yang akan diterapkan sedapat mungkin menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, seperti kenampakan alam, koperasi, kantor kepala desa, informasi kependudukan
b.      Dalam penerapan model harus di dampingi narasumber, mengingat kondisi dan perkembangan mental peserta didik MI yang masih terbatas pada hal-hal yang bersifat konkrit, berbeda dengan peserta didik pada jenjang yang lebih tinggi
c.       Model yang akan diterapkan sedapat mungkin menjadikan peristiwa-peristiwa sosial yang baru menjadi focus pembelajaran yang dikaitkan dengan materi IPS yang akan diajarkan
d.      Model yang diterapkan memungkinkan peserta didik menentukan konsep, prinsip dan tehnik interaksi dengan lingkungan
e.       Model yang diterapkan memiliki relevansi dengan kehidupan peserta didik sehari-hari
f.       Model yang diterapkan memberikan rasa aman dan senang kepada peserta didik hingga dapat belajar dengan betah dan dapat merangsang berfikir kreatif[10]




















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
Dengan demikian model mengajar adalah sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku peserta didik seperti yang diharapkan. Model akan mengarahkan guru untuk mendesain pembelajaran dalam membantu peserta didik mencapai berbagai tujuan.
Model-model pembelajaran yang dimasukkan dalam kategori model pembelajarn IPS adalah :
a.       Model Pencapaian Konsep
b.      Model Berpikir Induktif atau Inductive Thinking
c.       Model Penelitian atau Inquiry Training
d.      Model Memorisasi atau Memorization
e.       Model Investigasi Kelompok atau Group Investigation
f.       Model Bermain Peran atau Role Playing
g.      Model Penelaahan Yurisprudensi
h.      Model Inkuiri Sosial
Jadi, pembelajaran IPS pada MI lebih difokuskan pada lingkungan, sehingga peserta didik bukan hanya menjadi sasaran yang harus menerima materi IPS yang diajarkan, melainkan mereka harus diperlakukan sebagai subjek yang menjalani proses belajar IPS secara aktif.






DAFTAR PUSTAKA
Buku Lapis PGMI
Suprihatiningrum Jamil. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
Nasution, S. 1992. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar . Jakarta: Bumi Aksara. 2001.


[1] Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2012) Hal. 142
[2] Ibid. Hal. 144
[3] LAPIS-PGMI, hal. 8-10
[4] S.nasution,Berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992) Hal. 9
[5] LAPIS-PGMI, hal. 8-12
[7] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 214
[8] LAPIS-PGMI, hal. 8-13,8-14
[10] LAPIS-PGMI, hal. 8-17